Title Image

Apa Beda Sales dan Marketing?

Beberapa kali pertemuan atau meeting dengan berbagai perusahaan, saya masih sering menjumpai persepsi yang menganggap bahwa Sales dan Marketing adalah dua hal yang sama saja. Persepsi yang beranggapan bahwa inti dari kedua hal tersebut adalah sama, yaitu jualan. Sehingga saya berasumsi bahwa ternyata masih banyak di antara kita yang belum begitu menyadari letak perbedaan antara Sales dan Marketing.

 

Itu sebabnya saya sempatkan untuk membuat Video Blog di bawah ini. This was unprepared vlog (I just wanted to share with you my thought.)

 

 

Sales dan Marketing itu Berbeda

Setidaknya persepsi ini harus diluruskan dan diketahui lebih banyak orang lagi. Jika Anda pengusaha, marketing manager, marketing officer, sales manager, sales officers, brand manager, brand officer, atau bahkan CMO, Marketing Director atau Sales Director di suatu perusahaan, ketahuilah bahwa dua hal tersebut berbeda. Semakin jelas pandangan kita sebagai marketer terlebih entrepreneur terhadap dua hal ini, maka semakin jelas kita menentukan sebuah goal yang kita tuju.

 

Fokus pada salah satu tujuan sebuah kampanye atau campaign

Pada prakteknya, saya masih banyak menjumpai bahkan di beberapa perusahaan besar, yang mencampur-adukan sales dan marketing sebagai tujuan (goal) dari suatu kampanye atau campaign di suatu periode. Sebetulnya jika dilihat dari “cara”-nya saja sudah jelas berbeda.

 

Kampanye marketing itu umumnya seperti launching product, rebranding, awareness campaign, positioning, desain logo, desain packaging, artwork, thematic campaign, tactical campaign dan lain sebagainya. Di era digital marketing, itu semua bisa dilakukan di media sosial, konten blog / artikel, desain website beserta slider-nya, desain infografis, konten email, banner advertising, konten video, youtube ads, voice ads di spotify dan lain sebagainya.

 

Sementara sales, caranya adalah say hi ke calon customer/client, hubungi mereka melalui email dan social media (facebook, linkedin, twitter, instagram), skype call, whatsapp, datangkan mereka ke suatu sales landing page di website kita dan kemudian tawarkan produk atau jasa secara detail, layani pertanyaan mereka, menjaga relasi dengan mereka dengan menerapkan CRM dimana data base consumer dibangun, dipelihara dan dikelola dengan baik sebagai aset perusahaan untuk dikemudian hari dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan perusahaan.

 

Strategi dan Pengukuran yang Berbeda

Jika sedemikian jelas perbedaan dari cara atau strategi marketing dan sales, maka sudah sebaiknya kita fokus pada salah satu tujuan (goal) dari suatu campaign di suatu periode. Sehingga kita dapat mengukur keberhasilan dengan tepat sasaran. Tidak ada lagi miskonspesi dan kesalahan pengukuran antara sales dan marketing campaign. Tidak ada lagi kejadian dimana campaign yang dilakukan adalah youtube ads, kemudian yang diukur adalah jumlah penjualan atau sales, jelas campaign tersebut akan terlihat tidak efektif.

 

Sebagai contoh, jika campaign dilakukan di youtube ads, maka sebaiknya yang diukur adalah jumlah viewer, berapa lama viewer menyaksikan video tersebut, berapa persen viewer yang menyaksikan hingga lebih dari 2 menit, berapa persen viewer yang menyaksikan hanya dalam waktu 5 detik sebelum kemudian bounce, berapa banyak yang klik link yang sengaja disematkan pada video, berapa banyak jumlah pengunjung landing page yang datang dari youtube ads tersebut, berapa persen bounce rate pengunjung yang datang dari youtube ads, berapa banyak peningkatan subscriber, bagaimana dengan demografi viewer, dan ukuran-ukuran lainnya.

 

Jika ingin melakukan pengukuran terhadap sales di era digital, mulai lah mengukur seberapa besar consumer yang engage atau berinteraksi dengan kita, berapa banyak dari interaksi tersebut yang datangnya dari Linkedin atau Facebook, berapa banyak interaksi yang datangnya dari email atau bahkan whatsapp, berapa persen closing deal setelah proses tawar menawar dilakukan, berapa kontak yang menghubungi kita via telpon, berapa banyak orang yang datang ke sales landing page kita, berapa persen yang terkonversi menjadi sales, dan lain sebagainya.

 

Mudah-mudahan tulisan ini semakin memperjelas dan mencerahkan perbedaan di antara keduanya. Saya memahami bahwa seiring berkembangnya era digital marketing, perbedaan tersebut semakin terasa abu-abu karena semua seakan menyamaratakan, sehingga sering kali terjadi miskonsepsi dan kesalahpahaman. Jika Anda ingin mendiskusikan bagaimana Anda harus melakukan kampanye marketing yang tepat, Anda bisa langsung berdiskusi dengan tim kami di tautan / link berikut > Konsultasi Digital Marketing Gratis.

 

Indra Jaya About the author

CEO & Founder of Krona Indonesia and Executive Director of Internet Marketing Association (IMA) Indonesia. More than 5 years professional experience in Digtial Marketing, helping brands, companies and entrepreneurs promoting their products or services online.

×

 

Hello!

Click one of our contacts below to chat on WhatsApp

× Hi, Krona's Here!