4 Cara Perusahaan dalam Mendukung Kesehatan Mental Karyawan di Masa Pandemi Covid-19
Terjadinya pandemi Covid-19 telah berdampak pada pekerjaan dan kehidupan manusia saat ini.
Batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi karyawan semakin kabur karena tidak sedikit yang merasa bahwa banyaknya tantangan dan gangguan ketika bekerja di rumah.
Ditambah pandemi ini mengharuskan seseorang untuk mengurangi interaksi dan sosialisasi dengan orang lain kecuali secara virtual. Serta terbatasnya hiburan karena himbauan untuk tetap di rumah.
Perubahan yang terjadi di dunia kerja, akibat berlakunya aturan work from home, telah menuntut karyawan untuk bisa bekerja lebih efisien. Tetapi di sisi lain, itu bisa saja menekan karyawan dan berdampak pada kehidupan pribadinya.
Sebelum terjadinya pandemi, masalah kesehatan mental seringkali sulit untuk dideteksi sampai akhirnya secara fisik mempengaruhi kemampuan karyawan untuk bekerja atau membahayakan individu.
Kesehatan mental menjadi isu yang cukup penting tetapi seringkali diabaikan. Hal itu tidak terlepas dari stigma sosial yang masih memandang rendah penyakit mental dan kurangnya kesadaran akan kesehatan mental.
Selain itu, masalah yang muncul dari dalam diri seseorang yang cenderung skeptis dan denial dalam menerima kenyataan bahwa kesehatan mentalnya terganggu.
Penelitian yang dilakukan oleh Oracle and Workplace Intelligence, menunjukan bahwa 2020 menjadi tahun yang paling menegangkan dan berat bagi dunia kerja karena besarnya ketidakpastian di segala sektor.
78% pekerja yang disurvei mengatakan bahwa pandemi telah berdampak negatif pada kesehatan mental. 76% mengindikasikan bahwa perusahaan harus berbuat lebih besar untuk berperan dalam melindungi kesehatan mental karyawannya. Dan mengejutkannya, 85% mengatakan bahwa stres terkait pekerjaan akibat perubahan dalam dunia kerja telah mempengaruhi kehidupan pribadi mereka.
Perusahaan sebaiknya menyadari akan isu kesehatan mental dengan baik karena kesuksesan sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh karyawan.
Ketika pemimpin atau manajemen memutuskan untuk mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan karyawan di tempat kerja, maka itu akan menguntungkan perusahaan.
Cara Perusahaan dalam Mendukung Kesehatan Mental Karyawan
Dengan munculnya fenomena work from home, pemimpin atau manajemen level atas dapat secara aktif mencegah masalah stres kerja dengan mendukung karyawan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut.
Kesehatan Mental Karyawan dengan Model wellness and balance
Sebagai seorang pemimpin, tidak cukup hanya mengatakan bahwa Anda peduli dan mendukung kesehatan mental karyawan. Sebaiknya pemimpin mampu menunjukan komitmen berupa tindakan kecil atau besar, seperti ketika libur maka benar-benar memberikan kebebasan bagi karyawan (tidak membebankan tugas atau pekerjaan kantor di luar jam kerja).
Atau sekedar merekomendasikan buku pengembangan diri yang telah dibaca dan dinilai bagus. Model ini menyarankan keterbukaan dan tindakan yang positif sebagai pemimpin.
Memantau beban kerja karyawan
Menjadi pemimpin yang mau menerima dan memahami situasi karyawan yang mengalami masalah selama bekerja di rumah. Seperti tempat yang tidak kondusif atau gangguan lainnya, lalu membantu mencarikan solusi terbaik. Hal itu karena sudah menjadi tugas perusahaan dalam memfasilitasi karyawan dalam bekerja.
Menekankan efektivitas jam kerja
Salah satu masalah yang cukup sering terjadi selama bekerja di rumah yaitu ketidakjelasan jam kerja yang mengarah pada kekacauan kehidupan pribadi dengan dunia kerja.
Perusahaan bisa menekankan efektivitas pekerjaan di jam kerja yang sesuai dengan ketentuan, singkatnya mematuhi jam kerja yang berlaku.
Selain itu, pemimpin juga bisa sesekali menawarkan karyawan untuk bercakap santai mengenai hal di luar pekerjaan. Manfaatnya itu dapat menyegarkan pikiran dan membangun kedekatan dengan karyawan.
Meninjau kembali nilai perusahaan
Adanya perubahan yang terjadi baik di dalam atau di luar perusahaan akibat pandemi Covid-19 membuat pemimpin harus meninjau dan melakukan evaluasi kembali terhadap nilai-nilai perusahaan yang dianggap sesuai dengan praktik kerja jarak jauh.
Jika ada kesenjangan antara nilai perusahaan dengan praktik kerja online, maka pemimpin harus merubah nilai atau praktik tersebut agar selaras. Pemimpin perusahaan sebaiknya dapat menunjukan dukungannya terhadap karyawan dengan mengutamakan kesejahteraan karyawan sebagai bagian dari nilai perusahaan.
Cara Mendeteksi Masalah Kesehatan Mental Karyawan
Mengumpulkan data
Secara aktif mencari informasi dan mendeteksi isu kesehatan mental yang ada di lingkungan karyawan, sebelum menjadi masalah. Bisa dengan cara melakukan survei kepada karyawan untuk menilai kesehatan mental mereka atau secara sengaja menggali informasi dari individu.
Menjadi pendengar yang baik
Pemimpin atau manajemen di level atas sebaiknya bisa mengetahui kebutuhan karyawan dengan menanyakan, mendengarkan cerita mereka, dan merespon dengan baik.
Pemimpin juga bisa menjadi lebih bijaksana dengan tidak membuat asumsi yang belum tentu kebenarannya dan menunjukan bahwa kekhawatiran karyawan telah didengar.
Perusahaan yang peduli akan kesejahteraan karyawannya, bisa melakukan kegiatan evaluasi untuk mengetahui apakah karyawan merasa didengar pendapatnya, dihargai, dan diperhatikan sebagai bagian dari perusahaan. Bahkan jika memungkinkan, dapat menawarkan bonus bagi karyawan yang telah bekerja secara efektif.
Kesimpulan
Adanya budaya menerima diri sendiri (self-acceptance), dapat membuat karyawan yang menderita kesehatan mental enggan untuk mengungkapkan kondisi mereka atau menganggap masalah tersebut wajar dan bisa diterima.
Tetapi dengan menciptakan kesadaran akan isu kesehatan mental, maka karyawan yang memiliki masalah akan merasa lebih aman dengan adanya dukungan dari karyawan lain dan pemimpin perusahaan.
Penelitian terbaru menemukan bahwa perusahaan yang mendukung kesehatan mental karyawan mampu meningkatkan loyalitas karyawan sebesar 79%.
Setelah semua ini, perusahaan sebaiknya memikirkan ulang dan menciptakan strategi perusahaan dalam mendukung kesehatan mental karyawan. Dengan menciptakan struktur dan nilai perusahaan yang relevan di masa pandemi dan pasca pandemi Covid-19.